Liverpool FC

Artikel

Sejarah Singkat Lambang LIVERBIRD (Liverpool FC)


        Lambang 'Liver Bird' pertama kali muncul di seragam Liverpool FC pada partai final Piala FA tahun 1950. Lambang yang secara signifikan telah menjadi bagian dari perjalanan panjang Liverpool FC. Lambang Liverpool ini mengalami perubahan pertama pada musim kompetisi 1955-56 dimana gambar 'Liver Bird' berada di dalam lingkaran ouval dan tulisan L.F.C berada di bawah 'Liver Bird'. Lambang versi ini bertahan sampai tahun 1968.

Pada tahun 1968 diambil keputusan untuk memperkenalkan lambang klub yang lebih modern. Lambang 'Liver Bird' langsung disulam ke seragam pemain dengan menyingkirkan garis pijakan pada kaki 'Liver Bird' dan menghilangkan lingkaran ouval. Lambang ini bertahan sampai tahun 1987, dimana pada tahun 1985 sponsor seragam berubah dari UMBRO kepada ADIDAS.

Seiring dengan perubahan sponsor seragam,maka lambang Liverpool pada tahun 1987 mengalami perubahan yang ke 3. Lambang 'Liver Bird' kembali berada di dalam tameng seperti lambang Liverpool FC yang pertama, tetapi kali ini penulisan Liverpool Football Club di bawah 'Liver Bird' tidak di singkat. Lambang ini bertahan sampai tahun 1992, dimana Liverpool FC akan mengadakan perayaan hari jadi yang ke 100 tahun.

Untuk merayakan 100 tahun Liverpool FC, lambang klub mengalami perubahan yang cukup signifikan. Penambahan ornamen 'Shankly Gates' dengan tulisan 'You'll Never Walk Alone' di atas tameng 'Liver Bird' dimaksudkan untuk mengingatkan jasa manajer Bill Shankly yang telah menjadi pondasi kokoh bagi Liverpool FC. Di dalam tameng terdapat tulisan Liverpool Football Club 100 tahun dan lambang 'Liver Bird'. Kemudian di bawah tameng ada tulisan angka 1892-1992.

Tahun 1993 lambang klub kembali berubah dengan penambahan kobaran api kembar di kedua sisi tameng 'Liver Bird'. Kobaran api kembar ini untuk mengenang para Liverpudlian/Kopites yang menjadi korban pada tragedi Hillsborough.[33] Lambang Liverpool terakhir ini tidak banyak mengalami perubahan sampai dengan tahun 1999. Lambang Liverpool FC yang sekarang ini dibuat pada tahun 1999 hanya dengan komposisi 2 warna. Tetapi sejak tahun 2002, lambang Liverpool FC dibuat dengan 'full colour' seperti sekarang ini.




Interisti - Liverpudlian


        Tragedi Hillsborough adalah tragedi meninggalnya 96 supporter LIVERPOOL saat semifinal piala FA melawan Nottingham Forest. Curva Nord Inter membentangkan Banner bertuliskan " Hillsborough: Justice For The 96. May They Rest In Peace" Banner ini dibuat Curva Nord Inter sebagai dukungan terhadap keadilan bagi 96 keluarga supporter Liverpool Tragedi Hillsborough terjadi pada 15 April 1989 "Sei sempre nella nostra mente". 
17 Maret 2006, 2 hari sebelum Inter vs Lazio, 18 supporter Liverpool datang ke Milan. Mereka diundang secara khusus para Ultras Inter. Banner dan kaos 'Thank you for Istanbul! Grazie Reds! 25/5/05' menyambut 18 Liverpudlian ini di Bar favorit Ultras Inter. Itulah alasan undangan ultras Inter kepada Liverpudlian ini. Dan mereka pun saling bertukar souvenir, saling mengajari chant, dll.
Di bar Liverpudlian dan Interisti menonton kembali video final liga champion Liverpool vs Milan yang anehnya puluhan Milanisti ikut menonton. Penduduk yg ada di bar tersebut pun terkesan dengan situasi ini dimana Liverpudlian, Interisti dan Milanisti berada akrab dalam satu bar, bahkan pada tengah malam, anggota Liverpudlian menantang salah seorang fans Milan untuk adu sprint dengan taruhan uang taksi :D
19 Maret 2006, Inter vs Lazio, 18 Liverpudlian ini diberi kehormatan untuk hadir menyaksikan pertandingan ini dan mereka ditempati di CN69!! Ya, mereka diberi kehormatan menempati bahkan memasang 2 banner bertuliskan "A Certain Style Of Life" dan "Spion Kop 1906" di Curva Nord Inter berdampingan langsung dgn BoysSAN!!.
Setelah pertandingan Ultras Inter mengantar mereka ke stasiun kereta untuk kembali ke Inggris dan mereka berharap persahabatan ini berlanjut. 11 Maret 2008, 2 hari setelah centenary Inter, Inter menjamu Liverpool di Meazza dan dihadiri oleh 800 Liverpudlian. Mereka membawa souvenir foto Jerzy Dudek waktu menyelamatkan gawang Liverpool saat final vs Milan dengan gambar ular melingkar di sisinya, Sedangkan saat di Liverpool, Ultras Inter memberikan kenang2an dgn graffiti "Grazie Reds" dengan corak warna biru hitam.
Itulah tentang persahabatn Interisti dan Liverpudlian. Liverpudlian, sarete accolti in Meazza (Kalian akan selalu diterima di Meazza) #FORZA_INTER #YNWA




Liverpudlian or Kopites ?


LIVERPUDLIAN ADALAH BERARTI WARGA KOTA LIVERPOOL. Tidak ada satupun quotes/ merchandises/chants/ yells resmi LFC yg menyebutkan kata "Liverpudlian" yang merujuk kepada arti → supporter. Dan supporter LFC disebut KOPITE (dibaca: Kopayt), sedangkan bentuk jamaknya adalah KOPITES (dibaca: Kopayts). Lantas dari manakah semua kesalah-kaprahan ini berasal?
Dalam chant "Poor Scouser Tommy", ada lyrics: "Oh, I am a Liverpudlian. And I come from The Spion Kop". Inilah awal mula kesalah-kaprahan tersebut di INDONESIA.

Apa? Di Indonesia?

Ya, benar, hanya di Indonesia saja kita mendengar pendukung LFC menyebut diri Liverpudlian. Di negara lain tak ada yang salah kaprah, mereka menyebut diri mereka KOPITES. Adapun makna dari lyrics tadi: si Tommy ini adalah prajurit Inggris yang dikirim ke Libya saat Perang Dunia II. Dan disetiap Dog Tag akan tertera dari Divisi manakah dia, dan dicantumkanlah bahwa dia berasal dari divisi di kota Liverpool. Itulah sebabnya sebelum tewas, dia berkata bahwa dia adalah seorang Liverpudlian (warga kota Liverpool). Namun, kecintaannya terhadap LFC membuat Tommy yang sedang sekarat pun tetap bangga mengaku sebagai seorang KOPITE (supporter LFC), dengan berkata bahwa dia tak hanya sebagai warga kota Liverpool semata, melainkan dia berasal dari The Spion Kop

The Spion Kop (salah satu tribun di stadion Anfield yang paling bawel ngchants pada saat itu).

Dengan keterbatasan informasi di Indonesia, terutama di era 1970 - awal 1980 an dimana kaum muda hanya mengenal sepakbola luar negeri melalui Dunia Dalam Berita, dan pertandingan final sepakbola hanya sesekali ditayangkan secara langsung oleh TVRI di pertengahan 1980 an, ditambah dengan lebih mudahnya menghafal kata Liverpudlian (karena memiliki susunan huruf yang mendekati Liverpool) dibandingkan "Kopites", dan ditambah dengan tingkat kesalah-kaprahan yang tinggi didalam penggunaan kata di masyarakat Indonesia, membuat penyebaran kesalahan makna "Liverpudlian" ini menjadi semakin cepat, dan malah menggeser Kopites sebagai istilah yang benar. Apalagi kemudian diperparah pula dengan watak kita semua yang "udah salah, ngotot pula". Dan juga watak "membiarkan kesalahan berlanjut karena gak mau repot", dan juga watak "berkelakar-bercanda diseputar kesalahan".

Akhirnya pada saat pertengahan 1990 an dimana persaingan TV Swasta mulai merebak, mengakhiri kejayaan tunggal RCTI dengan Decoder-nya, maka muncullah ide untuk menayangkan secara langsung pertandingan sepak bola Liga Inggris oleh salah satu Direktur Utama TV saat itu. Dan si presenter pertandingan di TV Indonesia kerap menyebut kata "Liverpudlian" saat dia berceloteh mengenai supporter LFC.

Pengaruh media sangatlah luas, dan akhirnya mencuci otak para anak muda yang rata2 SMA atau baru masuk kuliah saat era pertengahan 1990 an itu. Mereka2 ini kerap berkumpul sepulang kuliah dan akhirnya semakin meluas pula kesalahan penggunaan kata "Liverpudlian" ini. Saat bertemu orang lain yang menggunakan t-shirt/ atribut LFC, akan dengan ramah disapa: "oh, kamu Liverpudlian juga yah?" yang semakin membuat penggunaan ngaco ini berlanjut. Hingga puncaknya adalah Twitter dimasa kini.

Lantas, dari manakah istilah KOPITES itu berasal?

Ya, tepat. Rujukan kata itu bersumber dari THE KOP, atau The Spion Kop (salah satu tribun di stadion Anfield). Awalnya, penggunaan istilah Kopites ini disematkan kepada orang2 keturunan Scandinavia, terutama buruh-buruh kapal Norwegia, yang banyak berlabuh di Liverpool. Mereka ini lebih kasar, pemabuk, namun lebih "garis keras" dalam mendukung tim sepakbola (saat itu Everton lebih diminati oleh Liverpudlian -- warga kota Liverpool --dibandingkan tim sekota yg baru muncul, LFC). Sedangkan penggunaan istilah The Kop ini bersumber dari penghargaan terhadap prajurit korban Second Boer War, dimana banyak prajurit Inggris yang tewas berasal dari kota Liverpool.

Nah, pada perkembangannya, LFC tampak lebih menarik untuk disimak, sehingga para Liverpudlian (warga kota Liverpool) mulai menyematkan istilah KOPITES kedalam diri mereka, karena mereka turut melebur kedalam suasana mendukung LFC. Dan seiring dengan perjalanan waktu, sejarah demi sejarah ditorehkan oleh LFC, akhirnya muncullah sebutan bagi para supporter LFC yang non - Liverpudlian, bukan warga kota Liverpool, dengan sebutan WOOLS.

Julukan ini "sedikit" bernada merendahkan, dalam artian: Wools hanya bisa mendukung lewat TV di negaranya, tak hadir disetiap pertandingan kandang di Anfield, atau tak nongkrong rutin di THE ALBERT (Pub diseberang The Kop). Para pendukung LFC (Kopites) notabene kini merupakan Liverpudlian (warga kota) dan tak lagi buruh kapal luar negeri, bahkan sebagian besar merupakan SCOUSER (sub-race/ suku bangsa berlogat). Sehingga saat kejayaan LFC berimbas ke dunia luas, maka penggunaan julukan "Wools" bagi supporter LFC non warga kota Liverpool pun semakin luas. DAN JIKA KALIAN MASIH NGOTOT MENGGUNAKAN ISTILAH "LIVERPUDLIAN" saat kalian nanti ke Anfield, maka bersiaplah untuk diejek oleh beberapa oknum Kopites yang mabuk.

Biasanya mereka langsung mengenali kita sebagai tourist (turis), mereka akan ramah menyapa kita, dan jika kalian memang cinta LFC, maka katakanlah: "I am a Liverpool FC Kopite too, by the way", dan mereka akan semakin ramah dan akrab, menyapamu dengan jawaban: "Oh, so you are a Wool, glad to hear that. It's ring a bell for sure. Another pin, mate?".

Tapi bayangkanlah jika kesalah-kaprahan penggunaan "Liverpudlian" ini terjadi, maka mereka akan langsung mengenali logat English kalian yang jelas2 sangat tidak ber-scouser, dan mereka (jika mabuk) akan mengejekmu meminta kalian mengeluarkan ID Card (Kartu Tanda Penduduk) kota Liverpool.

Kesalahkaprahan penggunaan kata didalam bahasa Indonesia, dan serapan bahasa asing kedalam Bahasa Indonesia sangatlah mudah ditolerir. Dan sebagai sesama KOPITES, tentunya para Liverpudlian (warga kota Liverpool) -- jika bukan oknum yang sedang mabuk -- akan melayani kita dengan ramah, apalagi status kita sebagai tourist, sebagai Wools (pendukung LFC yg berasal dari luar kota Liverpool, bahkan luar negeri).

Akhirnya, demi untuk menjalin silaturahmi, JIKA KAMU BERTANYA seperti ini: "Saya pendukung LFC, tapi saya bukan warga kota Liverpool. Apakah saya boleh menyebut diri saya sebagai seorang Liverpudlian?", maka karena keramahan mereka, para orang kota Liverpool ini akan menjawab: "Oh, tentu saja boleh" untuk menghargai perkenalan kalian. Inilah yang kemudian menyebabkan EVOLUSI BAHASA. Penggemar LFC di Indonesia sangatlah banyak, dan hampir semuanya menyebut mereka sebagai Liverpudlian, dan bukan Kopites. Please jangan menyebut kalian sebagai Wools, secara itu adalah "ejekan tidak langsung". Dan ditambah pula dengan adanya istilah EVERTONIAN bagi fans Everton FC dikalangan para Liverpudlian (warga kota Liverpool). Akhirnya, penyematan label "Liverpudlian" menjadi sangat maklum dikalangan para tourist. Dalam bahasa sinisnya, para Kopites akan "yaaaaaaaa, yaaaaaaaa, whatever" jika kalian mengaku2 sebagai Liverpudlian (padahal maksudnya adalah sebagai Kopites).

Saking dimaklum-nya, akhirnya menjadi semakin maklum, kesalah-kaprahan semakin berlanjut, dan bahkan "dicantumkan" oleh seseorang (non Scouser) kedalam kamus tak resmi LFC bahwa → Liverpudlian adalah warga kota Liverpool, namun karena ada Evertonian (pendukung EFC), maka Liverpudlian juga dapat bermakna sebagai fans (penggemar) LFC. Ingat, fans ... PENGGEMAR, dan bukan seperti KOPITES yang bermakna sebagai SUPPORTER/ pendukung.

Berdasarkan penjelasan tadi, maka kita semua semakin cerdas, sadar, dan mengerti. Ini bukan mengenai "setuju atau tidak setuju". Ini bukan mengenai "toleransi atau alibi tidak diterima". Ini mutlak mengenai kebiasaan salah kaprah didalam penggunaan bahasa asing.

Ingat, budaya sepakbola di Inggris JAUUUUUHH melebihi budaya sepakbola di negara lain. Tak perlu disangkal, karena semua orang sudah tau siapakah bangsa pendiri olah raga yang satu ini.

KESALAH-KAPRAHAN PENGGUNAAN BAHASA AKAN TERUS BERLANJUT DAN MENYEBAR, tinggal dari diri kalian, apakah kalian ingin semakin cerdas, atau kalian membandel dan ngotot dan tidak mau semakin mencerahkan pengetahuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar